Monday, September 19, 2011

HAMJAH SI PEMUDA DESA YANG BERUNTUNG DAN GADIS LEMPER

untuk cerita sebelumnya klik ini chapter 1


Sebelumnya pengarang meminta maaf chapter ini baru keluar, itu dikarenakan pengarang sibuk melamar pekerjaan kemana-mana, tapi sayang hasilnya 0, jadi pengarang mulai depresi dan tidak melakukan apapun kecuali membantu ibu di rumah.


Sebelumnya mari kita review chapter 1. Hamjah terima di sekolah kimia 13.5 di Bogor, dia harus meninggalkan nenek di kampung. Tapi ada sesuatu hal yang membuat dia terkejut, yaitu karena teman semasa kecilnya dulu yaitu Surti ternyata suka kepadanya, Hamjah pun memliki perasaan yang sama kepada Surti, tapi Hamjah dan Surti harus berpisah. ketika Hamjah berangkat, dompet kesayangannya yang dibeli oleh neneknya ketika hari ulang tahunnya tejatuh di stasiun. Ketika dompet diambil oleh Surti ternyata isinya kosong, dan lebih mengejutkan lagi ketika Surti melihat ada photo penjaga loket disana.


Mungkin cukup sekian review dari ceita sebelumnya, Mari sekarang kita melanjutkan ke cerita selanjutnya.















Keroro:” akhirnya dimulai juga ceritanya, tamama ayo kita tonton ceritanya!”


Tamama:” gunso inikan cerita novel pendek hancur, jadi mana mungkin novel bisa ditonton, klo di baca itu baru bener”


Keroro:” oh ya bener, aku lupa karena terlalu banyak main gunpla, jadi malu” (keroro malu sampai2 diapun joged)


Keroro & tamama: “ INILAH CERITANYA!!!!!”


CHAPTER 2 : “SELAMAT DATANG DI BOGOR, SALAM KENAL GADIS LEMPER, DAN TERNYATA BIBIKU LEBIH CANTIK DARI SURTI


1 jam pun telah berlalu setelah hamjah meninggalkan stasiun Uber, dia masih kebingungan bagaimana nanti kalau sudah sampai di bogor, bagaimana cara dia bisa sampai ke rumah bibinya. Yang pasti juga hamjah masih terpikirkan bagaimana cara dia nanti mengambil dompet dari Surti. Dalam kebingungannya Hamjah berucap pada dirinya sendiri.


Hamjah: “Bagaimana ini, aku gak punya uang sama sekali, gimana nanti sampai di rumah bi Dian. Klo catatan alamat mah ada, apa nanti aku harus menunmpang ma mobil orang, tentu saja tidak mungkin karena kata nenek kebanyakan orang kota itu egoismenya tinggi, tenang aku hrus tenang mungkin nanti aku dapat ide.”


Dalam ketenangannya sesaat, Hamjah mulai membuka tas ranselnya, dikeluarnya i-pod nya dari dalam tas, i-pod ini adalah hadiah yang ia dapatkan dari wafer tangge yang ia ambil dari warung neneknya.












Hamjah: “daripada kepala pusing, mikirin hal yang sudah hilang, lebih baik aku dengerin lagu bentar, pilih – pilih dipilih, oh ya kemarin kan aku baru masukin lagu AZZA.”


Sejak Hamjah kecil Neneknya selalu memutar lagi Rhoma Irama karena itu dia jadi mengidolakan sang Rhoma Irama, bahkan semua lagu yang ada di i-pod nya semuanya adalah lagu dangdut, kebanyakan sih lagu Rhoma Irama.


Setelah 1jam setengah belalu kereta yang Hamjah naiki berhenti sejenak di sebuah Stasiun, Dia melihat ada seorang perempuan yang lumayan cantik, umur perempuan itu kalau dilihat dari seragamnya mungkin lebih tua dai hamjah, Hamjah pun sedikit tetarik dengan perempuan itu, itu dikarenakan Hamjah suka dengan perempuan yang rambutnya pendek. Tiba2 perempuan itu menghampiri Hamjah, dia pun kaget lalu mempause i-podnya sebentar. Untuk memudahkan pengarang menyingkat nama perempuan itu dari perempuan yg kebetulan lewat menjadi PKL.















Gintoki: “APAAAA !!kenapa namanya di singkat jadi pkl, bukannya pkl itu praktek kerja lapangan.”


Shinpachi: “gin-san mungkin pengarang punya masalah ma pkl nya, mungkin dia punya ingatan buruk tentang pklnya atau mungkin dia dendam sama pembimbingnya”


Kagura: ”mungkin karena itu dia selalu ingat tentang pkl nya”












PKL: “Permisi Ka, Boleh saya ikut duduk di sini?”


Hamjah pun tersenyum, dia tersenyum bukan karena dia mendengar lalu favoritnya AZZA ataupun karena melihat bang haji, tapi karena sang PKL memanggilnya Ka, padahal dia lebih muda dari PKL.


Hamjah: “Oh ya silahkan.”


Lalu sang PKL pun duduk di samping Hamjah, dan mereka berdua mulai berngobrol ria.


PKL: “Kakak dari mana dan mau kemana?”


Hamjah: “Jangan pangil saya Kakak, panggil saja saya Hamjah. Saya dari desa Uber mau pergi ke Bogor, oh ya apa saya boleh tau siapa nama anda?.”


PKL: “tentu saja boleh, nama saya N***.” (karena PKL Cuma keluar di chapter ini jadi pengarang tidak pelu menyebut namanya, PKL Cuma figuran jadi tidak penting namanya siapa.”


Hamjah: “kenapa N*** tidak duduk di sebelah sana padahal di sana kan juga kosong.?”


PKL: “Ka Hamjah ngerasa terganggu yah, maaf sekali.”


Hamjah: “Bukan, bukan iu maksud saya, saya tidak merasa terganggu kok, kereta inikan milik umum, kenapa saya harus kebeatan, saya Cuma nanya aja”


PKL: “Ka sebetulnya saya tidak mau duduk di sebelah sana itu karena saya pikir om yang duduk disana itu om2 mesum, mukanya ja mirip ma yang bikin cerita ini, saya takut diapa-apain.” (bisik PKL kepada Hamjah)


Hamjah: “Saya juga berpikir demikian, kalau saya liat emang bener mukanya mirip ma yg bikin cerita ini, kalau mukanya mirip, saya pikir mesumnya juga sama.” (ucap hamjah dengan suara pelan)


PKL: “Sudah ah kita jangan ngomongin orang, jangan asal tuduh ka, siapa tau ja nggak begitu.”











KALAU PENGARANG SIH EMANG BENER MESUMNYA!













Hamjah: “katanya udahan tapi tetep ja ngomongin pengarang, kalau pengarang marah gimana? Bisa2 nanti cerita ini gak dilanjutin lagi, nanti saya dapet uang dari mana lagi, penghasilan sayakan dari sini.”


Akhirnya mereka pun menghentikan pembicaraan mereka tentang sang om dan pengarang yang mesum ini.


Setelah berbincang bermenit2 sampai berjam2 dengan PKL. Hamjah merasa haus, lalu dia membuka tasnya, namun ketika dia mau mengambil MI ZENO nya tiba2 ada secarik surat di dekat MI ZENO tersebut, karena penasaran lalu dia mengambil surat itu, dan ternyata itu adalah surat dari nenek.


Yang isi catatannya daemikian bunyinya : “ Hamjah nenek lupa belum memberi tahu masalah ini, itu karena nenek tahu bahwa beok kamu pasti buru2, sebenarnya nenek sudah memberi tau bibimu bahwa kau akan datang ke bogor besok, dia bilang dia akan menjemputmu di stasiun bogor nanti. Oh ya di dalam surat ini juga ada photo bibimu, kamu kan sudah lama sekali tidak melihat bibimu, jadi nenek masukan photo ini, tapi sayang ini adalah photo ketika bibimu masih SMA. PS: jaga dirimu baik2 jangan sampai menyusahkan bibimu di sana.”


Hamjah: “ dasar nenek kenapa ngasih photonya yang jadul. Ini photo kan waktu SMA sedangkan sekarangkan umur bibi sudah 30an tahun lebih, punya anak satu lagi, mana mungkin sama.” (ucap hamjah sambil mengeluh)


PKL: “Da pa Ka, kenapa mengeluh begitu?”


Hamjah: “tidak apa2 ko Cuma lg inget ama nenek ja? Ngomong N*** ini mau kemana sih?” (Hamjah mulai merasa aneh karena N*** tidak turun2 di stasiun pembehentian, padahal N*** itu pakai seragam SMA)


PKL: “Saya mau pergi ke Bogor, sama kayak kakak.”


Hamjah: “ Oh begitu, (padahal hamjah kaget, tapi dia menyembunyikan kekagetan itu dan berhenti bertanya masalah itu) N*** boleh gak saya minta no hp nya, takut2 nanti saya da masalah di jalan.”


PKL: “ No hp saya 085***********, no kakak berapa?”


Hamjah: “ maaf saya belum punya hape, hehehehe, untuk sementara saya pakai telepon umum dulu “


Untuk informasi Hamjah belum pernah mendapat hp, baik itu dari nenek, teman, ataupun dari undian berhadiah.


Akhirnya mereka sampai di Stasiun Bogor, lalu mereka pun berpisah.












Hamjah: “Ternyata Stasiun dikota sebesar ini, beda sekali dengan di desa. Harus segera cari toilet, bene2 ini sudah diujung, pengen pipis.”


Lalu hamjah pun mencari toilet, singkat cerita dia sudah pi2s, lalu dia haus kaena sudah membuang sepersekian dari air di tubuhnya. Alhasil dia menemukan mesin minuma istilah inggrisnya vanding machine.


Hamjah: “Wah jadi ini ya yang namanya Vanding Machine, pertama kali liat selain dari tv, Kota memang beda. Mesin ini bener2 canggih segala minuman da di sini dari mulai jus, cola, isotonic, bandrek, bajigur ampe wedang jahe juga da di sini.


Singkat cerita lagi akhirnya jagoan kita bias mengeluarkan minuman dari mesin itu setelah bebrapa kali dia bertanya kepada orang yang berlalu lalang, sudah pasti minuman yang dia pilih adalah minuman wedang jahe dan kegemaannya yaitu MI ZENO.


Hamjah: “ udah hampir sejam nunggu di sini, sambil nyari bibi, kata nenek ini photo bibi waktu SMA, yang pastinya bibinya peempuan yang ada di photo ini. Tapi siapa laki2 yang ada di photo ini, kenapa dia mirip sekali dengan wajahku yang tampan ini, apa ini hasil photoshop nenek, tidak mungkin, Micosoft Word saja nenek tidak bisa.”












Secara ajaib tiba2 muncul perempuan yang ada dalam photo, perempuan itu tidak lain adalah bibi Dian. Hamjah pun terkejut padahal bibinya itu sudah beumu 39 tahun (itu karena ayahnya hamjah setahun lebih muda dari bibinya dan hamjah tahu bahwa tahun ini ayahnya berumur 40 tahun)


Bi Dian: “ Kamu Hamjah ya”


Hamjah: “Ya benar, anda Bibi Dian kan (benar2 mirip dengan di photo)”












Bi Dian: “tentu saja benar, kamu bawa photo dari nenek kan, maaf ya kamu mesti nunggu tadi bibi ada meeting mendadak. lama tidak ketemu ternyata kamu sudah besar, terakhir bibi ketemu kamu itu pas kamu masih 5 tahun.


Hamjah: “Bi laki2 yang ada di photo ini sebenarnya dia siapa? Kenapa mirip sekali dengan saya?”


Bi Dian: “Tentu aja itu Ayah kamu, ternyata kalian berdua sangat mirip”


Hamjah: (“Appaaa!!! Kalau begitu ada kemungkinan anak bibi juga sama persis dengan bibi, berarti nanti ada dua bibi”)


Bi Dian: “Kalau begitu kita langsung saja pergi ke rumah bibi, kamu pasti kecapean kan.”


Hamjah dan Bi Dian pun menggalkan Stasiun, lalu mereka naik taxi green bird. Ini pertama kalinya Hamjah naik taxi, biasanya dia hanya menaiki angkutan pedesaan , angkot dan bis. Dia takjub karena taxi yang ia naiki lebih mewah di bandingkan kendaraan roda 4 yang dia naiki.












Namun tiba2 hamjah merasa mual, dengan cepat bibinya memberi kantung muntah yg dia minta dari sang supir. Hamjah muntah mungkin karena wedang jahe yang dia minum tadi di stasiun, ini mungkin adalah reaksi karena dia minum wedang jahe dengan minuman isotonic Mi ZON*.


Bi Dian: “ Jah tahan sebentar sebentar ya, sebentar lagi sampai di rumah bibi, jangan ampai muntahnya kena kursi mobil, bibi malu ma pa sopir”


Sambil muntah Hamjah menjawab: “Ya Bi. Huuueeeeeekkkkk!!!!”












Akhinya setelah Hamjah muntah2 beberapa kali, sampai muntahannya bukan Cuma ke kursi, tapi juga sampai ke muka pa supir. Gara2 itu Bi Dian meminta maaf berulang2 kali ke pa sopir. Dengan berat hati dan jengkel di dada pa sopir pun memaafkan Hamjah.












Dan mereka pun sampai di rumah bi Dian.


Bi Dian: “INILAH RUMAH BIBI jah. Ya mekipun kecil tapi tetep bias ditinggali kok”


Hamjah:” apanya yang kecil Bi, ini sih lumayan besar, tapi kok sama persis seperti rumah nenek dikampung ya”


Bi Dian: “itu Cuma perasaan kamu aja kok. Ayo sekarang kitu masuk, daripada di sini kepanasan”












Hamjah dan Bi Dian pun masuk kedalam rumah, namun tak disangka dan tak diduga ketika masuk ke dalam rumah, Hamjah kaget karena melihat seonggok gadis yang dililit oleh selimut kasur.


Hamjah: “ WHAT THEEEEEEE!!!!! APAAAA INIIIIII?????!!!!! BI APAAA INIIII, KENAPA ADA MAYAT DI SINI???????!!!!! (teriak Hamjah dengan kaget, sampai2 dia menjatuhkan tasnya, dan membangunkan anjing, kucing bahkan juga tikus yang ada di rumah tetangga)


Bi Dian: “itu bukan apa2 kok jah, gak usah dipikirin, gak penting kok”


Hamjah: “apanya yang gak penting, ini sebenarnya APAAAA??”


Bi Dian:”itu bukan mayat kok, itu manusia. Hemmmhh kalau begitu panggil aja itu gadis lemper”


Chapter 2 berakhir sampai disini dulu. Cerita dilanjutkan ke chapter 3 ”TERNYATA ITU ANAK BIBI, MAKAN MALAM YANG ANEH DAN PANTY SHOOT PERTAMAKU


Pesan pengarang di chapter ini:


Jangan lupa minum susu tiap hari, agar tubuh kita menjadi sehat dan tulang kita menjadi kuat seperti metal etemon.

Sunday, September 11, 2011

In Koreanism : Playfull Kill

a story
Har Reon (baca: Harreun) adalah cowok idola di sekolahnya. Dia tampan, pintar, keren, dan sangat berbakat dalam berbagai hal.

Banyak anak2 perempuan yang mengaguminya. Tapi Har Reon, seperti kebanyakan anak cerdas dan beken lainnya, tidak tertarik pada satu pun cewek penggemarnya. Har Reon agak sombong.

Suatu hari, Har Reon membimbing adik2 kelas satu di sekolahnya dalam eskul Bahasa Korea. Saat itu Har Reon sudah kelas 3 dan seharusnya yang membimbing adalah anak2 kelas 2. Tapi dengan alasan untuk memberikan kesan yang kuat bagi adik2 kelas, Har Reon diminta untuk membimbing di hari pertama. Lagipula, Har Reon termasuk yang paling pandai di grup eskul Bahasa Korea.

``Sudah sejauh mana kalian mengetahui tentang Hangeul?`` tanya Har Reon pada adik2 kelasnya yang hampir semuanya anak perempuan.

``Tahu sedikit, Oppa,`` jawab seorang gadis yang duduk di bagian tengah ruangan. Wajahnya memerah menatap Har Reon.

``Hm, namamu Hana ya? Kau sudah sedikit belajar rupanya,`` kata Har Reon santai, tidak terpengaruh sikap menggoda adik kelasnya.

``Iya Reon Oppa. Saranghae? Hehe`` jawab Hana. Wajahnya sekarang merah padam.

``Haha, saya yakin kalian semua belajar kata2 Korea dari drama2 dan lagu Korea yah,`` kata Har Reon sambil menatap seluruh adik kelas di ruangan itu. Semua anak di situ tersenyum malu. Kecuali anak laki2. Ada eskpresi muak di wajahnya.

Tiba2 Hana berdiri dari kursinya. ``Oppa, aku nggak enak badan,`` kata Hana. Matanya yang bulat menjadi agak sayu. Semua orang di ruangan itu memerhatikannya. Har Reon tidak langsung menanggapi.

``Kau, sakit Han? Kau mau istirahat saja?`` tanya Har Reon pada Hana. Hana mengangguk kecil sambil menarik rambutnya yang menutupi telinga ke belakang. Har Reon memandangnya sedikit cemas. Sementara yang lain tampak sama sekali tidak simpatik. Har Reon berjalan menghampiri Hana.

``Ti, tidak apa2 kan, Oppa?`` kata Hana begitu Har Reon berdiri di hadapannya. Har Reon tersenyum kecil. Entah kenapa gadis ini tampak lucu sekali bagi Har Reon.

Har Reon memegang dahi Hana. ``Kau demam, tampaknya`` kata Har Reon. Hana tidak menjawab. Wajahnya benar2 merah padam kali ini, karena demamnya dan rasa malunya. Anak2 gadis lain mulai nampak kesal.

``Siapa teman sekelasnya di sini? Ada kan yang bisa mengantarkan Hana pulang?`` kata Har Reon pada seluruh orang di ruangan. Semuanya menggelengkan kepala.

Hana segera memegang lengan Har Reon. ``Oppa, um, gwenchanayo. Aku akan pulang sendiri saja. Rumahku tidak terlalu jauh kok,`` kata Hana sambil tersenyum pada Har Reon. Har Reon membalas senyum manisnya. Wajah Har Reon yang berubah semakin tampan membuat Hana kembali menundukkan kepala.

``Aku akan mengantarkanmu pulang. Tidak apa-apa,`` kata Har Reon. Suaranya terdengar sangat menenangkan. Hana tersentak. Tapi sebelum dia bicara lebih lanjut, Har Reon menarik lengannya. ``Aku akan mengantarkan teman kalian ini pulang. Aku akan meminta salah satu temanku untuk menggantikanku. Mianhae semuanya,`` kata Har Reon pada seluruh anak. Anak2 perempuan hanya tersenyum kecut tanpa menjawab. Sementara anak laki2 menjawab serentak, ``Baiklaaah kaakk, hhe.``

Har Reon dan Hana berjalan keluar ruangan. Hana memegang erat genggamannya pada tangan Har Reon. Har Reon membalasnya. Dia memandang Hana dan tersenyum.

``Oppa, tidak apa2 nih?`` kata Hana memecah kesunyian yang menyenangkan di antara mereka. ``Tenang saja. Aku pakai sepeda motor. Aku juga ingin tahu di mana rumahmu Han,`` jawab Har Reon tanpa memandang Hana, meskipun Har Reon ingin sekali memandang wajahnya. ``Oppa, tanganmu hangat sekali. Ah, nanti pacar Oppa melihat,`` kata Hana malu2.

``Aku tidak punya pacar Han,`` jawab Har Reon tegas, tangannya semakin erat menggenggam tangan Hana. Tapi tetap tidak berani memandang. ``Be, betulkah Oppa? Pasti belum ada yang menarik buat Oppa yah, hehe`` kata Hana yang semakin menegang karena genggaman Har Reon.

``Hana, hana, kau lucu sekali`` timpal Har Reon sambil tertawa kecil. Kali ini Hana terdiam. Hana mempercepat sedikit langkahnya untuk mendekati Har Reon. Har Reon yang merasakan kedekatan Hana tersenyum. Har Reon merasakan jantungnya berdegup agak kencang. Perasaannya mulai bergejolak.

Har Reon semakin semangat melangkah. Di sekolah sudah tidak ada lagi orang. Har Reon sudah mengirim pesan pada temannya supaya menggantikannya membimbing. Har Reon kembali memutar dari ujung tempat parkir untuk mencari motornya. Mungkin karena perasaannya yang tidak karuan Har Reon kurang memerhatikan di mana motornya.

Tapi, setelah dua kali balikan, Har Reon tetap saja tidak menemukan motornya. Har Reon mulai resah. Dia menghentikan langkahnya. Har Reon merasakan tangan Hana yang semakin hangat. Har Reon semakin khawatir.

``Aku lupa di mana menyimpan motorku, aku tidak bisa menemukannya Han,`` kata Har Reon. Suasana hening. Perasaan Har Reon tersentak. Dia langsung memberanikan diri memandang wajah Hana. ``Han? Kau baik2 saja? Han..``

Hana mendongkakkan wajahnya dan menyeringai. Har Reon merasakan sakit yang luar biasa di bagian perutnya. Sesuatu yang tajam telah menembus perutnya. Har Reon roboh. Dia tidak sadarkan diri.

Har Reon mulai sadar. Sayup2 di dengarnya suara seseorang. Dia mulai mengangkat kelopak matanya yang terasa berat. Matanya mulai terbuka. Dia berada di ruangan eskul Bahasa Korea. Temannya sedang berdiri di depan ruangan menerangkan pelajaran Bahasa Korea kepada seluruh adik2 kelas di ruangan itu. Dari kursinya yang paling belakang, dia memandang punggung Hana yang duduk di bagian tengah ruangan. Hana menoleh. Wajahnya menyeringai dan hancur. Anak2 yang lain duduk dengan baju compang camping dan tubuh berdarah-darah, di tengah ruangan yang kotor dan hancur bekas terbakar. Temannya asyik menjelaskan pelajaran Bahasa Korea. Har Reon tidak bisa membuka mulutnya untuk memanggil temannya. Mulutnya dijahit.

``Gomawo, Oppa`` bisik Hana.

Thursday, September 01, 2011

In Koreanism


a story
Remaja itu terdiam. Badannya agak membungkuk, matanya sayu seperti mengantuk. Kedua tangannya merogoh saku celana panjangnya. Sekali sekali dia megusap dagunya. Kemudian dia memejamkan mata sejenak. Salah satu tangannya mengepal. Dia mulai menghentak-hentakkan telapak kakinya ke lantai. Matanya kembali terbuka. Setengah terbuka.


Dia mulai menengok ke kiri dan ke kanan. Kemudian matanya kembali terpejam. Kepalanya setengah mendongkak ke atas. Kemudian kepalanya kembali tertunduk. Dibuka matanya lebar-lebar. Dipandangnya rak majalah yang ada di depannya. Ditatapnya dengan serius majalah itu.


Korean Pop Magazine.


Majalah bulanan yang isinya membahas tentang dunia entertainment Korea. Edisi kali ini bahasan utamanya adalah boyband Shinee. Karena itulah dia ingin membelinya. Dia sangat tertarik pada dunia hiburan Korea. Di majalah itu dibahas pula aktor-aktor dan aktris aktris idolanya yang sering ia lihat di dalam drama Korea. Ada juga info tentang drama Korea baru, lagu-lagu baru, dan boyband-boyband yang diberitakan secara up to date. Dia tidak ingin melewatkannya. Cukup merepotkan kalau mesti mencari info-info terkini di internet. Dengan membeli majalahnya, dia bisa memeroleh banyak informasi tentang perkembangan dunia hiburan Korea. Terutama boyband yang jadi isu utama kali ini. Bagaimana mungkin dia melewatkannya?


Diperhatikannya baik-baik majalah tersebut. Foto boyband di covernya sungguh menarik. Tangannya mulai menata rambutnya yang agak bergelombang, persaannya mulai bergairah, pikirannya menerawang : Betapa kerennya rambut mereka. Dia mulai berimajinasi membayangkan boyband Korea beraksi. Keren, pasti menyenangkan.


''Aku mesti melihat majalah itu''


Dia menyebut perasaannya saat ini sebagai kebutuhan akan inspirasi. Dan artis2 Korea yang memukau itu menjadi model inspirasi yang luar biasa. Ya, itu bukan krisis identitas ataupun kegilaan yang tidak terkendali terhadap idola. Dia hanya butuh model hidup. Inspirasi. Cukup menjadi alasan untuk memaksa dirinya membeli majalah tersebut. Diintipnya bagian pinggir majalah yang agak tertutup pembatas rak.


Empat puluh lima ribu rupiah.


Dia bisa membelinya. Dia akan membatasi intensitas jajannya, tentu saja. Tidak apa-apa, pikirnya. Dia ingin majalah itu. Dia mengusap dagunya.


Dia kembali terdiam. Matanya diam-diam memerhatikan sekeliling.


Masih banyak orang.


Dia masih dikelilingi oleh beberapa pengunjung toko buku yang lain. Ada remaja perempuan juga. Cukup dekat.


Dia malu.


Majalah Korea lebih pantas dibeli anak perempuan. Dia sadar akan pandangan seperti itu. Rasanya lelaki sepertinya lebih pantas mengambil majalah musik rock untuk dibawa ke kasir. Atau majalah Man`s Health. Pokoknya yang ''Cowok Banget". Lantas bagaimana?


Dia ingin majalah itu.


Tidak ada salahnya remaja lelaki membeli majalah Korea. Dia butuh inspirasi.

Dia mulai merasa tidak nyaman berdiri terus di situ. Pengunjung-pengunung itu tidak mau pergi juga. Lama kelamaan tatapan mereka seperti tatapan curiga. Gawat. Dia terlalu lama berdiam di depan majalah Korea.


Dia mulai berpikir cepat.


Pengunjung-pengunjung ini mengganggu. Lebih baik dia berkeliling dulu ke tempat penjualan Komik, sambil menunggu tempat majalh ini kosong dari pengunjung. Setelah itu dia akan segera mengambil majalah Korea tersebut, dan membawanya ke kasir.


Kasir.


Kasir wanita itu tidak akan memperdulikannya. Dan buat apa dia memerhatikan reaksi kasir tersebut? Semua beres. Dia bisa segera pulang setelah itu.


Dia bisa segera pulang.


Dia melirik jam dinding di dekatnya. Sudah jam delapan malam. Dia mesti segera pulang.

Pikirannya sekarang mantap: Dia seorang remaja lelaki. Dan sekarang dia adalah seorang remaja lelaki yang peduli pada pacarnya. Dia akan membeli majalah Korea itu untuk pacarnya. Dia akan membelikannya untuk pacarnya. Bukan hal yang memalukan. Dia tetap remaja lelaki sejati.


Diambilnya majalah Korea di depannya.


Sekali lagi dipandangnya sejenak harganya. Empat puluh lima ribu rupiah. Disimpannya majalah Korea tersebut di samping badannya. Menutupi cover bergambar boyband yang seperti bencong. Dia segera bergegas berjalan menuju kasir. Senyumnya mulai mengembang memulai kembali imajinasinya.


Tiba-tiba dia berhenti.


Dia menutup matanya dengan rapat. Dahinya mulai dikerutkan. Giginya dikatupkan sekuat tenaga, dan bibirnya melebar.


Dia baru ingat.

Uangnya tertinggal.