
Dia mulai menengok ke kiri dan ke kanan. Kemudian matanya kembali terpejam. Kepalanya setengah mendongkak ke atas. Kemudian kepalanya kembali tertunduk. Dibuka matanya lebar-lebar. Dipandangnya rak majalah yang ada di depannya. Ditatapnya dengan serius majalah itu.
Korean Pop Magazine.
Majalah bulanan yang isinya membahas tentang dunia entertainment Korea. Edisi kali ini bahasan utamanya adalah boyband Shinee. Karena itulah dia ingin membelinya. Dia sangat tertarik pada dunia hiburan Korea. Di majalah itu dibahas pula aktor-aktor dan aktris aktris idolanya yang sering ia lihat di dalam drama Korea. Ada juga info tentang drama Korea baru, lagu-lagu baru, dan boyband-boyband yang diberitakan secara up to date. Dia tidak ingin melewatkannya. Cukup merepotkan kalau mesti mencari info-info terkini di internet. Dengan membeli majalahnya, dia bisa memeroleh banyak informasi tentang perkembangan dunia hiburan Korea. Terutama boyband yang jadi isu utama kali ini. Bagaimana mungkin dia melewatkannya?
Diperhatikannya baik-baik majalah tersebut. Foto boyband di covernya sungguh menarik. Tangannya mulai menata rambutnya yang agak bergelombang, persaannya mulai bergairah, pikirannya menerawang : Betapa kerennya rambut mereka. Dia mulai berimajinasi membayangkan boyband Korea beraksi. Keren, pasti menyenangkan.
''Aku mesti melihat majalah itu''
Dia menyebut perasaannya saat ini sebagai kebutuhan akan inspirasi. Dan artis2 Korea yang memukau itu menjadi model inspirasi yang luar biasa. Ya, itu bukan krisis identitas ataupun kegilaan yang tidak terkendali terhadap idola. Dia hanya butuh model hidup. Inspirasi. Cukup menjadi alasan untuk memaksa dirinya membeli majalah tersebut. Diintipnya bagian pinggir majalah yang agak tertutup pembatas rak.
Empat puluh lima ribu rupiah.
Dia bisa membelinya. Dia akan membatasi intensitas jajannya, tentu saja. Tidak apa-apa, pikirnya. Dia ingin majalah itu. Dia mengusap dagunya.
Dia kembali terdiam. Matanya diam-diam memerhatikan sekeliling.
Masih banyak orang.
Dia masih dikelilingi oleh beberapa pengunjung toko buku yang lain. Ada remaja perempuan juga. Cukup dekat.
Dia malu.
Majalah Korea lebih pantas dibeli anak perempuan. Dia sadar akan pandangan seperti itu. Rasanya lelaki sepertinya lebih pantas mengambil majalah musik rock untuk dibawa ke kasir. Atau majalah Man`s Health. Pokoknya yang ''Cowok Banget". Lantas bagaimana?
Dia ingin majalah itu.
Tidak ada salahnya remaja lelaki membeli majalah Korea. Dia butuh inspirasi.
Dia mulai merasa tidak nyaman berdiri terus di situ. Pengunjung-pengunung itu tidak mau pergi juga. Lama kelamaan tatapan mereka seperti tatapan curiga. Gawat. Dia terlalu lama berdiam di depan majalah Korea.
Dia mulai berpikir cepat.
Pengunjung-pengunjung ini mengganggu. Lebih baik dia berkeliling dulu ke tempat penjualan Komik, sambil menunggu tempat majalh ini kosong dari pengunjung. Setelah itu dia akan segera mengambil majalah Korea tersebut, dan membawanya ke kasir.
Kasir.
Kasir wanita itu tidak akan memperdulikannya. Dan buat apa dia memerhatikan reaksi kasir tersebut? Semua beres. Dia bisa segera pulang setelah itu.
Dia bisa segera pulang.
Dia melirik jam dinding di dekatnya. Sudah jam delapan malam. Dia mesti segera pulang.
Pikirannya sekarang mantap: Dia seorang remaja lelaki. Dan sekarang dia adalah seorang remaja lelaki yang peduli pada pacarnya. Dia akan membeli majalah Korea itu untuk pacarnya. Dia akan membelikannya untuk pacarnya. Bukan hal yang memalukan. Dia tetap remaja lelaki sejati.
Diambilnya majalah Korea di depannya.
Sekali lagi dipandangnya sejenak harganya. Empat puluh lima ribu rupiah. Disimpannya majalah Korea tersebut di samping badannya. Menutupi cover bergambar boyband yang seperti bencong. Dia segera bergegas berjalan menuju kasir. Senyumnya mulai mengembang memulai kembali imajinasinya.
Tiba-tiba dia berhenti.
Dia menutup matanya dengan rapat. Dahinya mulai dikerutkan. Giginya dikatupkan sekuat tenaga, dan bibirnya melebar.
Dia baru ingat.
Uangnya tertinggal.
No comments:
Post a Comment